Iman itu Pengakuan Dengan Lisan, I'tiqad Dengan Hati dan Amal dengan Anggota Badan

Admin 23.57.00
الإيمأن :هو الإقرار باللسان , و التسديق بالجنان
Iman adalah: pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati.
Ini adalah defenisi Murji’ah, yang membatasi Iman hanya pada pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati.
Pemahaman yang benar adalah: Iman adalah ucapan dengan lisan, I’tiqad dengan hati dan amal dengan anggota badannya. Maka amal masuk dalam hakikat iman, dan bukan sesuatu yang lebih dari Iman.  Barang siapa yang membatasi defenisi iman hanya pada ucapan dengan lisan dan pembenaran dengan hati, dan tidak menyertakan amal, maka ia tidak termasuk dalam ahli Iman yang benar.
Iman, sekali lagi sebagaimana dikatakan olehpara ulama adalah : ucapan dengan lisan, pembenaran (I’tiqad) dengan hati dan amal dengan anggota badan, yang bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Allah Tabaroka wata’ala berfirman:
Surah Al-Anfal ayat2
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Qs. Al-Anfal : 2
Dan firman Allah dalam  At-Taubah 124
dan apabila diturunkan suatu surat, Maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, Maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.
Dan Surah Al-Mudatsir:31
dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.
Ayat-ayat ini menunjukan bahwa iman itu dapat bertambah dan berkurang, sebagaimana juga dalam sabda Nabi:
من رأى منكم المنكرا فاليغيره بيده , فأن لم يستطع فبلسانه , فإن لم يستطع فبقلبه و ذلك أضعف الإيمان .
Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah dia mencegahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah Iman.”[1]
Ini jelas menunjukan bahwa Iman itu bias berkurang.
Dalam riwayat lain dari Hadits yang bersama,
و ليس وراء ذلك من الإيمان حبة خردل
“..dan dibalik itu tidak ada lagi iman, sekalipun sebesar biji sawi.”[2]
Ini juga jelas bahwa iman itu dapat berkurang sampai sekecil biji sawi.
Juga sebagaimana di dalam Hadits Shahih,
أخرجوا من النار من كان في قلبه أدنى مثقال حبة من خردل من إيمان
“Keluarkanlah dari neraka orang yang di dalam hatinya masih ada Iman, sekalipun sebesar biji sawi yang paling kecil.”[3]
Maka iman adalah: ucapan dengan lisan, I’tiqad dengan hati dan amal dengan anggota badan, yang bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Inilah defenisi yang shahih yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Bukan sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hanafiyah: iman adalah ucapan dengan lisan dan I’tiqad dengan hati saja.
Bukan sebagaimana yang dikatakan al-Karamiyah: Iman adalah ucapan dengan lisan saja
Bukan sebagaimana yang dikatakan al-Asya’iroh: Iman adalah I’tiqad dengan hati saja.
Dan bukan pula Al-Jahmiyah: iman itu adalah ma’rifat dengan hati  saja.
Murji’ah ada empat kelompok, yang paling jauh adalah al-Jahmiyah, dan berdasarkan padangan mereka, Fir’aun adalah seorang mukmin, karena ia mengenal (Allah), Iblis juga mukmin; karena dia mengenal (ALLAH) dalam hatinya.
Dan berdasarkan pandangan al-Asya’roh, yaitu pembenaran dengan hati semata- Abu Lahab, Abu-Thalib, Abu Jahal dan semua kaum musyrikin adalah orang-orang mukmin, karena mereka yakin dengan hati mereka dan membenarkan Nabi di dalam hati mereka, akan tetapi mereka dihalangi rasa angkuh dan dengki untuk mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
Orang-orang Yahudi juga mengakui bahwasanya beliau adalah Rasul Allah dalam hati mereka, akan tetapi sifat angkuh dan dengki (menghalangi mereka untuk mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam).
Disadur dari Al-Ta’liqaat al-Mukhtasharah ‘ala matni al-Aqidah ath-Thahawiyah hal 198. (Syaikh Shalih Bin Fauzan al-Fauzan,  .)


[1] Shahih Muslim No. 49
[2]  Shahih Muslim No. 50
[3]  Shahih Bukhari No 7510, Dan Shahih Muslim No. 192

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »