Umat Islam memerlukan kekuatan untuk meraih kemenangan melawan
kebatilan. Usaha maksimal untuk meninggikan agama Allah dan menaklukkan
ideologi jahiliyah merupakan amanat yang melekat di pundak umat. Bukan
kemenangan individu, tapi kemenangan umat Islam melawan kaum jahiliyah.
Masalah
bermula dari sini. Bagaimana merangkai kepingan-kepingan potensi umat
hingga menyatu utuh menjadi sebuah kekuatan dahsyat. Umat terdiri dari
beragam bangsa, suku, bahasa, budaya, dan tingkat pemahaman agama
berbeda-beda. Tidak mudah mempersatukan mereka, meski tidak mustahil
juga melakukannya dengan izin Allah.
Saat umat Islam
tercerai-berai dihantam kekuatan tentara Salib pada abad pertengahan,
umat Islam bisa bangkit bersatu membangun kekuatan. Hasilnya, tentara
Salib bisa dikalahkan dan Palestina kembali ke pangkuan umat Islam.
Karakter Perjuangan
Kini
keadaan umat tak jauh berbeda dengan zaman itu, bahkan mungkin lebih
parah. Umat Islam belum pernah mengalami kekalahan dan kemunduran
separah sekarang. Karenanya diperlukan pemahaman tentang bagaimana
konsep membangun kekuatan agar umat kembali meraih kemenangan.
Setidaknya dengan mengetahui caranya, kita bisa menapakainya. Pilar
kekuatan umat terangkum dalam ayat berikut:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيانٌ مَرْصُوصٌ
Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan rapat-rapi laksana bangunan yang kokoh. (QS 61/as-shaff: 4)
Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan rapat-rapi laksana bangunan yang kokoh. (QS 61/as-shaff: 4)
Ayat ini memberi pesan tiga pilar kekuatan umat:
Pertama; Kebenaran sebagai imam tertinggi.
Pilar
ini disarikan dari kata ( فى سبيله ) – di jalan Allah. Perang dan
apapun yang dilakukan manusia harus dibingkai kalimat di jalan Allah
untuk menjamin terkawal oleh kebenaran. Jika perjalanan hamba tak
dikawal dengan kebenaran, sia-sia seluruh daya upayanya. Kebenaran juga
bisa berfungsi sebagai garis besar haluan perjalanan, siapa yang mencoba
memasukkan analisa, pemikiran, syahwat, kesesatan, kemunkaran dan
kemaksiyatan akan segera terendus. Hasilnya, perjalanan umat kembali
bersih dari segala noda dan hawa nafsu. Tentu tolok ukur kebenaran
adalah wahyu; Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kedua; Persatuan.
Pilar
ini disarikan dari kata ( صفا كأنهم بنيان مرصوص ) – dalam satu shaff
atau barisan yang rapi dan solid laksana bangunan kokoh yang antar
bagiannya saling mengikat dengan kuat. Barisan saja tidak cukup, tapi
perlu saling bergandeng tangan agar tidak buyar saat mendapat serangan.
Persatuan yang dilandasi persaudaraan, saling melindungi, saling bela
dan senasib sepenanggungan. Persatuan juga diumpamakan dengan satu
tubuh, jika ada salah satu organ sakit, seluruh tubuh akan terasa
meriang karena manahan sakit. Persatuan ini harus dibingkai kebenaran,
bukan asal bersatu seperti zaman Jahiliyah.
Ketiga; Rela berkorban.
Pilar
ini disimpulkan dari kata ( يقاتلون ) – berperang. Kesediaan seseorang
berperang membela Islam tentu dilandasi semangat berkorban yang tinggi.
Sebab dalam perang ada resiko kematian, luka atau tertawan, termasuk
terkurasnya waktu, tenaga, pikiran, uang dan kesedihan keluarga yang
ditinggalkan. Berperang merupakan puncak tertinggi pengorbanan sebab
semua yang berharga milik manusia menjadi taruhannya. Tanpa pengorbanan,
kebenaran dan persatuan menjadi tak bermakna, hanya menjadi energi yang
tersimpan dalam diri.
Ketiga pilar ini harus terangkai menyatu
agar menghasilkan daya pukul yang hebat. Salah satu hilang, akan sirna
kekuatan Islam yang pernah menyapu imperium Romawi dan Persia. Kebenaran
plus persatuan tanpa pengorbanan, macan ompong. Kebenaran plus
pengorbanan minus persatuan, hanya berputar tanpa ujung. Persatuan plus
pengorbanan minus kebenaran, jahiliyah. Begitulah pilar kekuatan umat
harus terpenuhi tiga unsur sekaligus, sesuatu yang amat berat dicapai.
Tapi bila berhasil mencapainya, tak akan ada kekuatan dunia yang sanggup
menghadangnya.
Semuanya terpulang pada itikad dan kesungguhan internal umat Islam sendiri, tentu dengan izin Allah. Wallahua’lam bis-shawab.
Sumber : Telegram islammulia
EmoticonEmoticon