Iman adalah: pengakuan dengan lisan dan pembenaran
dengan hati.
Ini adalah defenisi Murji’ah, yang membatasi Iman
hanya pada pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati.
Pemahaman yang benar adalah: Iman adalah ucapan dengan
lisan, I’tiqad dengan hati dan amal dengan anggota badannya. Maka amal
masuk dalam hakikat iman, dan bukan sesuatu yang lebih dari Iman. Barang siapa yang membatasi defenisi iman
hanya pada ucapan dengan lisan dan pembenaran dengan hati, dan tidak
menyertakan amal, maka ia tidak termasuk dalam ahli Iman yang benar.
Iman, sekali lagi sebagaimana dikatakan olehpara ulama
adalah : ucapan dengan lisan, pembenaran (I’tiqad) dengan hati dan amal
dengan anggota badan, yang bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan
kemaksiatan.
Allah Tabaroka wata’ala berfirman:
Surah Al-Anfal ayat2
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal. Qs. Al-Anfal : 2
Dan firman Allah dalam At-Taubah 124
dan apabila diturunkan suatu surat, Maka di antara
mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang
bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang
beriman, Maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.
Dan Surah Al-Mudatsir:31
dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan
dari Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk
Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab
menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya
orang-orang yang diberi Al kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan
supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir
(mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai
suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar itu
tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.
Ayat-ayat ini menunjukan bahwa iman itu dapat
bertambah dan berkurang, sebagaimana juga dalam sabda Nabi:
من رأى منكم
المنكرا فاليغيره بيده , فأن لم يستطع فبلسانه , فإن لم يستطع فبقلبه و ذلك أضعف
الإيمان .
“Barang siapa diantara kalian melihat suatu
kemungkaran, maka hendaklah dia mencegahnya dengan tangannya, jika ia tidak
mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itu
adalah selemah-lemah Iman.”[1]
Ini jelas menunjukan bahwa Iman itu bias berkurang.
Dalam riwayat lain dari Hadits yang
bersama,
و ليس وراء
ذلك من الإيمان حبة خردل
“..dan dibalik itu
tidak ada lagi iman, sekalipun sebesar biji sawi.”[2]
Ini juga jelas bahwa iman itu dapat berkurang sampai
sekecil biji sawi.
Juga sebagaimana di dalam Hadits Shahih,
أخرجوا من
النار من كان في قلبه أدنى مثقال حبة من خردل من إيمان
“Keluarkanlah dari
neraka orang yang di dalam hatinya masih ada Iman, sekalipun sebesar biji sawi
yang paling kecil.”[3]
Maka iman adalah: ucapan dengan lisan, I’tiqad dengan
hati dan amal dengan anggota badan, yang bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan kemaksiatan. Inilah defenisi yang shahih yang bersumber dari
al-Qur’an dan as-Sunnah.
Bukan sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hanafiyah:
iman adalah ucapan dengan lisan dan I’tiqad dengan hati saja.
Bukan sebagaimana yang dikatakan al-Karamiyah: Iman
adalah ucapan dengan lisan saja
Bukan sebagaimana yang dikatakan al-Asya’iroh: Iman
adalah I’tiqad dengan hati saja.
Dan bukan pula Al-Jahmiyah: iman itu adalah ma’rifat
dengan hati saja.
Murji’ah ada empat kelompok, yang paling jauh adalah
al-Jahmiyah, dan berdasarkan padangan mereka, Fir’aun adalah seorang mukmin,
karena ia mengenal (Allah), Iblis juga mukmin; karena dia mengenal (ALLAH)
dalam hatinya.
Dan berdasarkan pandangan al-Asya’roh, yaitu
pembenaran dengan hati semata- Abu Lahab, Abu-Thalib, Abu Jahal dan semua kaum
musyrikin adalah orang-orang mukmin, karena mereka yakin dengan hati mereka dan
membenarkan Nabi di dalam hati mereka, akan tetapi mereka dihalangi rasa angkuh
dan dengki untuk mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
Orang-orang Yahudi juga mengakui bahwasanya beliau
adalah Rasul Allah dalam hati mereka, akan tetapi sifat angkuh dan dengki
(menghalangi mereka untuk mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam).
Disadur dari Al-Ta’liqaat al-Mukhtasharah ‘ala matni
al-Aqidah ath-Thahawiyah hal 198. (Syaikh Shalih Bin Fauzan al-Fauzan, .)
EmoticonEmoticon